KPLL Dukung Emisi Nol Bersih Rumah Kaca

  • Jun 29, 2024
  • ASMA NUR KAIDA

Muna Barat, Komunitas Pemerhati Lingkungan Laworoku (KPLL)  mendukung dan mendorong target penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK), yakni emisi nol bersih ditahun 2025-2060. Untuk mewujudkan hal tersebut KPLL menghimbau pada masyarakat Muna Barat untuk terus bersama-sama berkomitmen melestarikan lingkungan. 

Perlu diketahui saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang berkomitmen dalam program Nationally Determined Contributions (NDC). Dimana program tersebut memiliki target umum yakni integrasi fores and other lans uses (FOLU)/ sektor kehutanan dan lahan lainnya diyakini menjadi sektor andalan Indonesia dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Maksud dari target ini adalah penjagaan kelestarian hutan, efesiensi energi, pengelolaan limbah padat, cair dan industri, pengurangan ckinker  to cement ratio pada industri semen, serta pengelolaan pertanian. 

Perlu digaris bawahi bahwa dalam program NDC ini adalah mewujudkan keadilan antar generasi, yang berarti apapun yang dilakukan hari ini memiliki konsekuensi jangka panjang dimasa akan datang. 

Apa itu Emisi Gas Rumah Kaca? 

Emisi adalah pencemaran udara yang dihasilkan dari kegiatan manusia, yang dimasukan ke dalam udara. Emisi gas rumah kaca merupakan penyumbang utama pemanasan global dan perubahan iklim. Hal tersebut dapat mengakibatkan peningkatan suhu global yakni perubahan cuaca ekstrem dan pencairan es di kutub dan gletser.  Selain itu juga terjadi kenaikan permukaan laut, gangguan ekosistem, serta kehilangan keanekaragaman hayati, perubahan pola cuaca, kekeringan dan banjir ekstrem. 

Apa itu efek rumah  Kaca? 

Efek rumah kaca merupakan proses alami yang membantu bumi menjaga suhu agar tetap hangat untuk mendukung keberlanjutan kehidupan. Efek rumah kaca jugak ini bagian fenomena alam yang berfungi untuk menjaga bumi tetap hangat dan layak huni. 

Apa yang menyebabkan efek rumah kaca? 

Penyebab terjadinya efek rumah kaca diantaranya adanya pemakaian pupuk kimia berlebihan, berakibat pada pelepasan nitrogen oksida (N2O) yang mendorong meningkatnya emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim. Selain itu akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara (oksida CO2 dan metana CH4). Emisi utama berasal dari kendaraan bermotor, pembangkit listrik, industri dan peralatan rumah tangga. 

Selanjutnya, aktivitas pertanian seperti pemeliharaan hewan ternak dan produksi padi di sawah  yang menghasilkan gas metana (CH4) secara tidak efisien berakibat pada efek rumah kaca secara signifikan. Diketahui bahwa metana merupakan gas yang lebih kuat meningkatkan emisi di atmosfer yang berefek pada rumah kaca dari pada dioksida. 

Bukan itu saja penggunaan Chloroflurocurbon (CFC) seperti AC dan lemari es. Penggunaan relatif kecil dibanding gas lain namun dampak pemanasan global dari CFC ini dianggap cukup signifikan. 

Lebih lanjut yang memicu pemanasan global atau efek rumah kaca adalah defortase atau penebangan hutan secara besar-besaran, yang mengakibatkan hilangnya pohon. Diketahui pohon adalah penyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer, jika pohon ditebang maka dioksida yang tersimpan dipohon tadi secara langsung dilepaskan ke atmosfer sehingga memicu pemanasan global (bumi). 

Selain itu pula, yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca karena perubahan penggunaan lahan atau konservasi lahan alami, seperti hutan, padang rumput, lahan basah, menjadi lahan pertanian, pemukiman, atau industri. Perubahan tersebut dapat mengganggu ekosistem alami yang dapat menyerap dan menyimpan karbon. 

Apa itu emisi nol bersih ? 

Penurunan emisi gas rumah kaca, yakni gerakan emisi nol bersih atau disebt istilah Zero Nol Emission tahun 2025-2060. Istilah ini muncul pertama kali dalam COP21 Paris 2015, dimana ada 197 negara bersepakat untuk menjaga kenaikan temperatur rata-rata global hingga dua derajat celcius. 

Emisi nol bersih ini merupakan agenda utama negara Indonesia saat ini. Target pengurangan emisi nasional 29% pada tahun 2030 dan emisi nol bersih 2060.

Menurut energy and climate intelligence unit melaporkan bahwa Juli 2023 Indonesia menduduki posisi terbawah diantara 159 negara dalam persiapan menuju emisi nol bersih. 

Negara yang berhasil mencapai emisi nol bersih ini seperti negara Bhatan, Suriname, Guyana, Gabon, Madagaskar, dan Niue. 

By. Asma Nur Kaida

Berbagai Sumber