Ujung Tanduk Kehancuran Matakidi, Sampah dan Perambahan

  • Jul 10, 2024
  • ASMA NUR KAIDA

Muna Barat, Tengah-tengah pemukiman warga tepatnya di desa Barangka, Kecamatan Barangka Muna Barat terhampas luas kurang lebih 10 hektar terdapat tujuh titik mata air yang dikelilingi jati yang berumuran tua, yang dijuluki sebagai wisata alam Matakidi. 

Biasanya juga wisata tersebut dikenal dengan nama mata air bidadari. Jejeran pohon jati yang menjulang tinggi membawa kesejukan tersendiri. Apalagi letak geografisnya persis berada dilintasan jalan raya Lawa-Matakidi. Namun kondisinya saat ini  kurang terawat sehingga terkesan kumuh. 

Menurut pengamatan Komunitas Pemerhati Lingkungan Laworoku (KPLL) Muna Barat 10 Juli 2024, sepanjang lintasan jalan raya wisata alam Matakidi sudah menjadi pembuangan sampah. Kondisi ini merusak pemandangan, serta dapat mencemari lingkungan. Terlihat kebanyakan berserahkan sampah plastik seperti kulit popok bayi, kulit softex dibuang saja sepanjang jalan wisata. 

Selain itu, diduga adanya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab telah merambah jati Matakidi mengakibatkan wisata alam ini terancam kehilangan ikonnya. Jati Matakidi atau disebut juga Jati Barangka satu-satunya aset yang memiliki sertifikasi benih di Provinsi Sulawesi Tenggara. 

Kurangnya perhatian pemerintah setempat dan kesadaran masyarakat wisata Matakidi diujung tanduk kehancuran. Jika terjadi pembiaran perambahan pohon jati sekitaran mata air terus menerus maka dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan tentunya mata air terancam kering. 

Tuju mata air Matakidi diantaranya, pertama mata air pengambilan air sebagai konsumsi masyarakat, kedua mata air Matakidi digunakan untuk berenang, Kalala, Waanto, Ambolo Balano, Ambolo Kidi dan Abansi. 

By. Asma Nur Kaida